![Sembilan Tahun Saya memakai Facebook, antara Dulu serta Sekarang](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_i9dKyAhjmWDhAVoiXtyU1iePKqj7WeNR480DkeWdnFPzMixTtne28kcIOxZ19LndfO8oBKPa0iRS7vMNrzaImcuG96V6BXwoyTMPAlIwVw_8FwR4XrEx-sljOrtuCpVFmV46ZUwK7CZc/s1600/cn_blue.jpg)
Sembilan Tahun Saya memakai Facebook, antara Dulu & Sekarang
Sebelumnya, terima kasih kepada Facebook (FB) sudah mengingatkan Faceversary saya. Tepat tanggal 16 Maret 2009 saya menciptakan akun di FB. Seumpama anak, usia 9 tahun masih bandel-bandelnya. Masih suka bermain & tak berfikir apa itu hoaks, distopia teknologi, apalagi politik. Pokoknya senang-senang saja.
Dan begitupun sejatinya akun yg dirancang di FB. Dulu, sebuah akun FB berarti menyambung friendship. Dengan interface yg lebih baik & user-friendly sumber Friendster, FB merupakan media persahabatan. Unggah satu tutur atau satu kalimat, maka bejibun komentar sahabat-sahabat. Dahulu mencari sahabat di FB menjadi kebangaan tersendiri. Semakin banyak sahabat, semakin dapat jumawa. Dan saya yakin, jikalau akun orang-orang dahulu lebih orisinal & genuine.
Platform sosial media, seperti FB, setidaknya lebih 'organik'. Komunikasi yg hadir seperti merefleksikan interaksi sosial. Dengan medium global maya, kita mencoba merajut komunikasi. Zuckerberg yg diklaim introvert dapat berkembang menjadi menjadi ekstrovert memakai FB.
Cita-citanya menyatukan para alumni tempatnya kuliah mendatangkan kemanfaatan buat khalayak. Dicetuskannya FB tahun 2008, tidak hanya menyatukan para alumni, akan akan tetapi juga seluruh global. Kini, FB sudah menjadi sang behemoth platform sosmed.
Dulu, tak banyak warta hoaks yg viral. Tidak nampak memakai nyata isu SARA yg dibawa. Karena FB merupakan dimensi euphoria global siber. FB menjadi wadah buat saling berdiskusi tanpa harus berdebat kusir. Apa yg ramai di FB tak perlu didiseminasi menjadi aksi demo atau persekusi. FB permanen FB tanpa embel-embel politik, agama, & ideologi.
Teman tetaplah bergaul tanpa dipisah agama, partai, pandangan politik bahkan genre-genre. Yang timbul di linimasa saya dulu merupakan sahabat bukan iklan, apalagi warta tanpa kejelasan.
Sekarang, sebuah akun FB tak lebih sumber fungsinya buat connectivity. Facebook yg kini merupakan versi subversif Google memakai sisipan filter bubble, iklan, viralitas, juga hoaks. Semua orang dapat mempunyai lebih sumber satu akun, bahkan ribuan. Komersialisasi kerumunan (buzzing) & menggoreng warta hoaks atau nyata (virality) menjadi awam. FB makin ramai memakai polarisasi ideologi, golongan, & agama. Apalagi deretan iklan yg bersliweran di linimasa yg menjadi polusi fikiran yg begitu subtle.
Para penikmat FB kini, pungkasnya, orang-orang tua. Berkat FB pun kini banyak orang jadi 'pintar'. Linimasa mereka penuh memakai warta yg sama, serupa, & didasarkan minat. Faktanya FB kini menjadi penyumbang besar arus warta di internet. Namun yg saya tahu, banyak warta yg kadang rekayasa belaka. Dengan judul bombastis, menyudutkan, & timpang. Posting seperti ini dihiasi banyak sekali like, komen & share. Hebat dari saya. Tapi apa benar ribuan akun ini orisinal atau hanya sekadar kerumunan buzzers?
Mudahnya kini akun FB mencap orang kecebong, buzzer, bahkan kafir. Diskusi di kolom komentar berisi sumpah serapah ala kebun fauna. Banyak yg begitu gampang memuntahkan tutur sekena mulutnya. Entah akun-akun ini dimiliki orang/oknum/kelompok yg sama. Tapi mau tak mau banyak juga sahabat-sahabat FB saya yg orisinal terhanyut dalam bundar setan ini. Seperti modus penjual obat yg berteriak memperlihatkan obatnya mujarab. Lalu rekan-rekannya berpura-pura membeli. Sehingga, yg lainnya pun terpesona buat membeli.
Ah, mungkin ini hanya kisah cinta tak realistis saya tertentu. Karena faktanya, FB pun meraup milyaran dollar sumber akun yg kita buat. Terserah users FB mau dijadikan apa FB. Bagi beberapa orang, masuk akal saja mencari untung di FB, seperti membuka toko online. Namun di sisi lain, ada orang yg mau membayar buat warta hoaks, cyberbully atau sekadar mencari followers. Walau, memang ada genuine relationship di FB. Teman & rekan yg memang mengapresiasi, berinteraksi, & memberi manfaat. Orang-orang yg faham FB bukan sekadar media menyebar kebencian akan akan tetapi mempererat pertemanan.
Artikel saya ihwal Facebook:
Kematian Facebook akan Seperti Friendster
Facebook bukan Lagi Sosmed yg Kita Duga
Ada Bahaya Dibalik Facebook.org
Salam,
Solo, 16 Maret 2018
03:43 pm