![Puluhan juta data penggunanya bocor, pendiri Facebook diam seribu bahasa](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2014/12/17/474032/540x270/path-luncurkan-update-terbaru-tag-tak-penting-bisa-dihapus.jpg)
Puluhan juta data penggunanya bocor, pendiri Facebook membisu seribu bahasa
Baru-baru ini ramai diberitakan bahwa data dari 50 juta pengguna Facebook bocor. Menanggapi tuduhan tadi, pendiri jejaring sosial berlogo 'F' - Mark Zuckerberg masih bungkam hingga waktu ini. Bahkan pihaknya telah dipanggil buat melakukan investigasi, nilai sahamnya anjlok. Meski telah terdapat aksi kampanye dalam media umum buat #DeleteFacebook, Zuck masih membisu seribu bahasa.
BERITA TERKAIT
Hasil SBMPTN diumumkan hari ini!
Pembaruan skema buat para pensiun PNS akan meringankan APBN
Misteri kembalinya Nining setelah 1,lima tahun hilang
Mengutip page The Guardian, Rabu (21/3/2018), saham Facebook anjlok 6,77 persen setelah kabar tadi tersebar. Nilai valuasi perusahaan pun turun higga USD 36 miliar (setara bersama Rp 495 triliun) seiring bersama kekhawatiran investor atas problem kebocoran data yang menimpa Facebook.
Tak hanya itu, nilai kekayaan Mark Zuckerberg maupun turun sebanyak USD 6,06 miliar atau setara Rp 83,3 triliun.
Raksasa media umum dari Negeri Paman Sam itu mengumumkan bahwa mereka akan memakai jasa perusahaan digital forensik buat melakukan audit terhadap Chambridge Analytica buat menentukan apakah perusahaan tadi masih mempunyai salinan data yang bersangkutan atau tidak.
Menurut Facebook, Information Commissioner Office inggris justru meminta orang-orang dari perusahaan digital forensik bernama Stroz Friedberg itu buat pergi dari kantor Chambridge Analytica dalam Inggris sehingga pihak berwenang dapat melakukan penyelidikan sendiri.
The Observer melaporkan bahwa perusahaan bernama Global Science Research (GSR) telah memanen puluhan juta profil pengguna Facebook & menjual datanya ke Chambridge Analytica.
Di mana Zuckerberg?
Menurut laporan The New York Times, Chambridge Analytica masih mempunyai data-data tadi. Kendati begitu, Chambridge Analytica menyangkal bahwa mereka mengetahui kalau data tadi akan digunakan tidak sebagaimana mestinya.
"Aika data tadi masih terdapat, tentunya hal ini menyalahi kebijakan Facebook & itu adalah pelanggaran yang tidak dapat diterima," kata Facebook dalam pernyataannya.
Anggota parlemen AS pun telah memerintahkan orang nomor satu dalam Facebook itu buat menawarkan kesaksian atas pelanggaran data ini. Zuck--begitu karib disapa, diminta buat menawarkan jawaban detail atas problem ini hingga 13 April.
"Ini saatnya Mark Zuckerberg berhenti bersembunyi dalam balik page Facebook-nya," kata Perwakilan Senat Damian Collins.
Collins maupun mencuit, "Investigasi ini perlu dilakukan oleh pihak berwenang."
Tidak hanya itu, pertanyaan soal eksistensi Mark Zuckerberg maupun terus digaungkan dalam jejaring sosial Twitter bersama tagar #WheresZuck alias "Dimana Mark Zuckerberg" terkait bersama perilaku bungkam Zuckerberg.
Kebocoran Data dalam Facebook
Perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA), dilaporkan terlibat dalam skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook.
Perusahaan yang pernah bekerja bersama tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, itu dituding memakai jutaan data buat membentuk sebuah program software yang hebat sehingga dapat memprediksi & memengaruhi pemilihan bunyi.
Dilansir The Guardian, Selasa (20/3/2018), seseorang whistleblower bernama Christopher Wylie, mengungkapkan kepada Observer The Guardian, bagaimana CA memakai keterangan personal diambil tanpa biar dalam awal 2014 buat membangun sebuah sistem yang dapat memproduksi profil pemilih individual AS.
Hal ini dilakukan buat menargetkan mereka bersama iklan politik yang telah dipersonalisasi. CA sendiri merupakan perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Robert Mercer & dalam waktu itu dimpimpin oleh penasihat utama Trump, Steve Bannon.
"Kami mengekspolitasi Facebook & "memanen" jutaan profil orang-orang. Kami membentuk banyak sekali model buat mengeksploitasi apa yang kami tahu mengenai mereka & menargetkan 'isi hati' mereka. Itulah dasar holistik perusahaan dibangun," ungkap Wylie.
Terjerat Skandal Kebocoran Data
Dokumen yang dilihat Observer & dikonfirmasi oleh pernyataan Facebook, memperlihatkan bahwa perusahaan dalam akhir 2015 mengetahui terdapat kebocoran data yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, Facebook waktu itu gagal memperingatkan para pengguna, kemudian hanya melakukan sedikit upaya buat memulihkan & mengamankan keterangan lebih dari 50 juta penggunanya.
Menurut laporan New York Times, salinan pengambilan data buat CA masih dapat ditemukan dalam internet. Tim media tadi, maupun dilaporkan melihat beberapa data mentah.
Seluruh data dikumpulkan melalui sebuah pelaksanaan bernama thisisyourdigitallife, yang dirancang oleh akademisi Aleksander Kogan, terpisah dari pekerjaannya dalam Cambridge University.
Melalui perusahaannya, Global Science Research (GSR) berkolaborasi bersama CA, membentuk seratus ribu lebih pengguna dibayar buat menjalani pengujian kepribadian & menyetujui data mereka diambil buat kepentingan akademis.
Selain itu, pelaksanaan maupun mengumpulkan keterangan dari test-taker sahabat-sahabat dalam Facebook, yang menyebabkan akumulasi puluhan juta data.
Kebijakan platform Facebook hanya mengizinkan pengumpulan data sahabat-sahabat buat mempertinggi pengalaman pengguna dalam aplikasinya, & dilarang buat dijual atau digunakan buat iklan.
Selain dugaan keterlibatan skandal media umum CA dalam Pilpres AS, perusahaan & Facebook menjadi fokus penyelidikan terkait data & politik oleh British Information Commissioner's Office. Secara terpisah, Electoral Commision maupun menilik peran CA dalam referendum Uni Eropa.
Sumber: Liputan6.com [ega]