Wednesday, October 3, 2018

Polri Anggap Facebook Kurang Kooperatif Terkait Konten Radikal serta Hoaks

Polri Anggap Facebook
Polri Anggap Facebook Kurang Kooperatif Terkait Konten Radikal & Hoaks

JAKARTA, KOMPAS.com  Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, polisi mengklarifikasi sejumlah hal kepada Facebook Indonesia dalam investigasi di Bareskrim Polri, Rabu (18/4/2018).

Selain soal bocornya data 1 juta pengguna, Facebook juga diklarifikasi soal penanganan terhadap konten-konten negatif yg menyebar di platform media sosial itu.

Selama ini, ungkap Setyo, Polri kesulitan meminta Facebook menyaring konten misalnya itu.

"Selama ini Facebook juga kurang bekerja sama. Kalau kami minta buat kolaborasi bareng Facebook, lama," ujar Setyo di Kompleks Mabes Polri, Rabu.

Baca juga: Facebook Tak Janji Audit Bocornya Data Pengguna Bisa Selesai dalam Sebulan

Sementara konten tersebut telah telanjur menyebar luas. Konten yg dimaksud berkaitan bareng gerakan radikal & ujaran kebencian hingga hoaks.

Salah satu misalnya, muncul akun bernama Divisi Humas Polres Surakarta. Akun tersebut bukan berisi konten-konten kegiatan berasal Polres Surakarta, melainkan dipakai buat menyebar konten hoaks & ujaran kebencian.

"Isinya konten-konten negatif semua. Itu kami minta di-take down saja tiga hari baru turun," ungkap Setyo.

Oleh karenanya, Setyo menduga Facebook sulit diajak bekerja sama. Sebab, ungkap beliau, Facebook memakai parameter di Amerika Serikat.

Baca juga: Diperiksa lima Jam, Ini yg Disampaikan Perwakilan Facebook ke Bareskrim

Bika berdasarkan mereka tidak menyalahi aturan aturan di sana, tidak ditindak.

"Facebook wajib menghormati norma istiadat di Indonesia. Itu yg wajib dipahami karena beliau dapat keuntungan poly di sini. Jadi, beliau tidak boleh menafikan itu," ungkap Setyo.

Sebelumnya diberitakan, data 1 juta pengguna Indonesia masuk dalam total data 87 juta pengguna Facebook dunia yg dipegang Cambridge Analytica (CA).

Di Komisi I, Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari berdalih bahwa tidak muncul kebocoran data. Menurut Ruben, insiden CA artinya bentuk pelanggaran kepercayaan berasal pihak ketiga, dalam hal ini pengembang pelaksanaan kuis kepribadian bernama Kogan.

"Tak muncul pihak ketiga yg menembus sistem Facebook atau berhasil lolos berasal perangkat pengamanan data yg kami miliki. Kejadian ini artinya bentuk pelanggaran kepercayaan & kegagalan kami melindungi data pengguna, kami mohon maaf atas kejadian tersebut," ungkap Ruben.

Baca juga: Penyalah Guna Data 50 Juta Akun Facebook Bikin Mata Uang Digital

Pernyataan tersebut sontak mendapat kritikan berasal jajaran anggota Komisi I DPR yg menghadiri kedap.

Anggota berasal Fraksi PDI-P, Evita Nursanty, menilai Facebook Indonesia defensif & mencoba melimpahkan kelalaian mereka terhadap pihak lain.

"Bagaimanapun ini tanggung jawab Facebook. Kok, tampaknya Facebook membela diri & tidak mengaku keliru," ujarnya.

Andreas Pareira berasal Fraksi PDI-P mengatakan, narasi yg dibangun Facebook cenderung ingin berkelit & mengamankan diri.

"Facebook tidak boleh mengamankan diri berasal masalah ini. Bahasanya terlalu teknis, menggampangkan masalah," ungkap Andreas.

"Seakan Kogan ini saja yg melanggar, padahal Facebook yg membiarkan adanya celah bagi orang-orang misalnya Kogan ini. Sama sekali tidak muncul perlindungan data pengguna," lanjutnya.

No comments:

Post a Comment