![Ini Cara Cambridge](https://www.femina.co.id/images/images_image/001_005_222_4.jpg)
KOMPAS.com Tak kurang berasal 50 juta pengguna Facebook timbul kepada tangan firma analisis data, Cambridge Analytica. Data ini ternyata dipergunakan buat kampanye pemenangan Trump kepada Pilpres AS 2016 lalu.
Bagaimana caranya data ini dipergunakan? Media kenamaan Inggris, The Guardian, belum lama ini mendapatkan bocoran dokumen cetak biru soal bagaimana data ini dimanfaatkan tim kampanye Donald Trump.
Cetak biru ini didapatkan berasal mantan pegawai Cambridge Analytica yg baru saja mengakhiri kontraknya bareng perusahaan firma analis data ini. Ia mengklaim dalam dokumen tercatat terang bagaimana seluruh data pengguna Facebook itu dipergunakan.
Dalam cetak biru tadi tercantum setidaknya timbul 27 halaman presentasi yg dibuat sang Cambridge Analytica. Presentasi ini sejatinya dibuat sebagai bahan buat ditunjukkan kepada klien potensial demi mendapatkan untung.
"Ini adalah gugusan kampanye digital berbasis data yg dipergunakan Trump," ujar Brittany Kaiser, mantan Direktur Pengembangan Bisnis Cambridge Analytica yg membawa cetak biru ini sebagaimana dikutip KompasTekno berasal The Guardian, Selasa (27/3/2018).
Baca jua: Christopher Wylie, Mahasiswa Pengungkap Kebocoran Data Pengguna Facebook
Dalam cetak biru ini terungkap bahwa firma Cambridge Analytica melakukan beberapa metode, yakni penelitian, survei intensif, pemodelan data, serta mengoptimalkan penggunaan alogaritma buat menargetkan sebesar 10.000 iklan tidak sinkron kepada audiens.
Praktik ini kemudian dilakukan kepada audiens yg tidak sinkron-beda sinkron data diri mereka dan dilakukan dalam bulan-bulan menjelang pemilihan 2016 silam.
Dalam dokumentasi yg dipresentasikan beberapa minggu sesudah Trump dinyatakan terpilih ini, tercatat bahwa iklan kampanye yg disebar tadi sudah dilihat sebesar miliaran kali sang para calon pemilih.
The Guardian Contoh pengoptimalan prosedur pemecahan, isu negatif ditampilkan ke pemilih potensial Hillary Clinton, pesaing Trump kepada Pilpres AS 2016 lalu."Ada permintaan berasal orang-orang kepada bulat perusahaan buat tahu bagaimana kami melakukannya. Semua orang ingin tahu, baik itu klien lama juga klien potensial. Tentu kami mampu saja menunjukkannya kepada orang yg sudah menandatangani persetujuan," ungkap Kaiser.
Kaiser menambahkan, beliau sendiri tidak terlibat secara tertentu dalam kampanye pemenangan Trump. Namun, beberapa kali beliau pernah mengatur pertemuan kepada antara para petinggi buat membicarakan hal ini.
Reputasi firma analisis data Cambridge Analytica ini memang relatif baik kepada antara para politikus. Firma ini dipercaya mampu mendongkrak popularitas positif ketika masa-masa kampanye berjalan.
Dalam kerjanya, pihak Cambridge Analytica jua bertugas memantau efektivitas pesan serta iklan kepada berbagai jenis pemilih. Kemudian si klien pun diberikan masukan berasal kampanye yg tengah berjalan baik itu kepada Facebook juga platform lain.
Hasil umpan balik atau feedback ini kemudian dipergunakan lagi buat mengoptimasi alogaritma penyebaran data agar kampanye yg dilakukan lebih optimal. Feedback ini dipergunakan buat mengirim ribuan iklan lain kepada calon pemilih bergantung profilnya.
Baca jua: Pencurian Data Facebook, DPR Minta Kominfo Segera Setor Draf UU PDP
Selain Facebook, Kaiser jua menunjukkan bahwa Trump jua memakai platform lain buat berkampanye, mirip Snapchat dan Twitter. Meski demikian, beliau tidak menyebutkan bareng lebih detail bagaimana tim pemenangan Trump memanfaatkan semua platform ini.
Beberapa hari lalu, Cambridge Analytica dikabarkan memegang lebih berasal 50 juta data akun pengguna Facebook.
Cambridge Analytica diduga memperoleh data pengguna Facebook berasal peneliti pihak ketiga bernama Aleksandr Kogan. Ia bekerja kepada Global Scicence Research dan kerap menghadirkan survei terkait kepribadian yg beredar masif kepada Facebook.
Data ini diduga dipergunakan sang tim kampanye Trump sebagai langkah pemenangan ketika Pilpres 2016 lalu.