![Alasan Menkominfo layangkan SP kedua ke Facebook](https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2015/11/16/624074/670x335/pasca-teror-paris-situs-sosial-media-ramai-tunjukkan-solidaritas.jpg)
Menteri Komunikasi & Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan kembali perihal Surat Peringatan tertulis Kedua (SP II) kepada Facebook. SP II tadi dikeluarkan lantaran pemerintah menemukan adanya pelaksanaan yg serupa Cambridge Analytica (CA) yakni CubeYou & AgregateIQ.
BERITA TERKAIT
Parlemen Uni Eropa cecar Mark Zuckerberg soal Cambridge Analytica & hoaks
Polri pertimbangkan periksa pihak Facebook AS terkait kebocoran data
Soal kebocoran data, Polri nilai Facebook belum kooperatif
"Makanya, kemarin kami keluarkan SP tambahan. Karena justru kami mengenali muncul pelaksanaan yg seperti itu. Mereka pula kan pungkasnya lagi melakukan audit hanya saya belum memahami kapan selesai auditnya," jelasnya ketika ditemui awak media di Gedung Kementerian Komunikasi & Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Rabu (11/4).
Sebagaimana diketahui, Facebook tengah melakukan audit internal terkait perkara ini. Audit yg dimaksudkan itu merupakan melakukan pengecekan pelaksanaan menurut pihak ketiga yg bekerja sama dengan media umum besutan Mark Zuckerberg.
Menkominfo sendiri tidak menaruh keterangan niscaya hingga kapan batas ketika menurut SP II ini. Hanya saja, posisi pemerintah ketika ini menunggu klarifikasi melalui surat balasan menurut Facebook terkait SP yg ditingkatkan tadi.
"Tungguin aja lah. Peraturan Kemkominfo, sanksi dimulai menurut teguran mulut, yg saya sudah tegur sendiri, sekitar 3 minggu kemudian. Kemudian, peringatan tertulis. Setelah itu nantinya pemutusan pengoperasian sementara," tutur beliau.
Asal muasal kebocoran masif data Facebook ini diungkap oleh Christopher Wylie, mantan kepala riset Cambridge Analytica, kepada koran Inggris, The Guardian, Maret 2018 kemudian. Menggunakan pelaksanaan survei kepribadian yg dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data eksklusif puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis.
Data itulah yg secara ilegal dijual kepada Cambridge Analytica & kemudian dipergunakan buat mendesain iklan politik yg sanggup mempengaruhi emosi pemilih. Konsultan politik ini bahkan berbagi isu, kabar palsu & hoaks buat mempengaruhi pilihan politik rakyat. Induk perusahaan Cambridge Analytica yakni Strategic Communication Laboratories Group (SCL) sudah malang melintang mempengaruhi pemilihan di 40 negara di semua dunia, termasuk Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sinkron siaran pers Facebook, Rabu (4/4), mereka mengakui bahwa masih muncul 87 juta data yg dimungkinkan disalahgunakan oleh CA. Dari 87 juta data yg kebobolan, sebagian akbar merupakan pengguna Facebook menurut Amerika Serikat atau sekitar 81,6 persen data disalahgunakan. Selain Amerika Serikat, muncul beberapa negara termasuk Indonesia.
Indonesia masuk urutan ketiga data yg disalahgunakan. Sekitar 1,3 persen menurut 87 juta. Di atas Indonesia, muncul Filipina yg kemungkinan akbar penyalahgunaan data pengguna menurut negeri itu sekitar 1,4 persen. Selain ketiga negara itu di antaranya Inggris, Mexico, Kanada, India, Brazil, Vietnam, & Australia. [idc]
No comments:
Post a Comment