Facebook tengah dihantam beserta duduk perkara kebocoran 50 juta lebih data penggunanya. Kehebohan kabar itu, diletupkan oleh mantan pegawai Cambridge Analytica, Christoper Wylie. Penggunaan data yg melanggar itu, diduga buat memenangkan Donald Trump dalam konstelasi pilpres Amerika Serikat.
BERITA TERKAIT
Parlemen Uni Eropa cecar Mark Zuckerberg soal Cambridge Analytica & hoaks
Polri pertimbangkan periksa pihak Facebook AS terkait kebocoran data
Soal kebocoran data, Polri nilai Facebook belum kooperatif
Untuk mengumpulkan data itu, tentu saja tidak gampang. Namun, semua itu menjadi mungkin berkat software kepribadian yg dikembangkan oleh Aleksandr Kogan. Kogan merupakan seseorang peneliti dari Universitas Cambridge.
Dilaporkan TheGuardian dan CNN, Rabu (21/tiga), Kogan mengakui bahwa puluhan juta data yg dikumpulkannya dengan software kepribadian yg dikembangkannya. Dia lalu menyerahkan data tadi ke Cambridge Analytica yg meyakinkannya bahwa data yg sudah dikumpulkan itu bersifat absah.
Akibat heboh duduk perkara itu, Kogan menyampaikan seperti dijadikan kambing hitam atas ramai masalah tadi. Pernyataannya itu terlontar kala ia diwawancarai oleh BBC Radio.
Pandangan aku merupakan bahwa aku dijadikan menjadi kambing hitam oleh Facebook dan Cambridge Analytica. Saya pikir melakukan sesuatu yg sungguh tidak bermasalah dan normal-normal saja, pungkasnya.
Kogan pun lalu menceritakan ihwal dari kerja sama antara dirinya beserta Cambride Analytica. Sekadar berita, Cambridge Analytica tiada relasi beserta Cambridge University. Kerja sama itu bersifat kerja konsultasi yg bukan buat mencari untung.
Saya seseorang akademisi, aku tidak tahu apa-apa mengenai mendirikan perusahaan, istilah Kogan.
Saat Anderson bertanya apakah Kogan tahu bahwa data yg ia kumpulkan akan dipakai buat kepentingan politik, ia mengaku tidak mengetahuinya secara menyeluruh.
Perusahaan analisis data, Cambridge Analytica (CA), dilaporkan terlibat dalam skandal akbar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook. Perusahaan yg pernah bekerja beserta tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, itu dituding dengan jutaan data buat menciptakan sebuah acara software yg hebat menjadi akibatnya mampu memprediksi dan memengaruhi pemilihan bunyi.
Seorang whistleblower bernama Christopher Wylie, menyampaikan kepada Observer The Guardian, bagaimana CA dengan berita personal diambil tanpa izin kepada awal 2014 buat membentuk sebuah sistem yg dapat menghasilkan profil pemilih individual AS.
Hal ini dilakukan buat menargetkan mereka beserta iklan politik yg sudah dipersonalisasi. CA sendiri merupakan perusahaan yg dimiliki oleh miliarder Robert Mercer dan kepada ketika itu dimpimpin oleh penasihat pokok Trump, Steve Bannon.
"Kami mengekspolitasi Facebook dan "memanen" jutaan profil orang-orang. Kami menciptakan banyak sekali model buat mengeksploitasi apa yg kami tahu mengenai mereka dan menargetkan 'isi hati' mereka. Itulah dasar keseluruhan perusahaan dibangun," tutur Wylie. [idc]
No comments:
Post a Comment