Sunday, March 11, 2018

DPR bakal panggil Facebook jelaskan kebocoran data pengguna

DPR bakal panggil Facebook jelaskan kebocoran data pengguna
DPR bakal panggil Facebook jelaskan kebocoran data pengguna

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Hanafi Rais, turut berkomentar terkait bocornya data pengguna Facebook dalam Indonesia. Menurutnya, jikalau hal ini betul, maka pihaknya tak tanggung-tanggung akan memanggil perwakilan Facebook Indonesia.

BERITA TERKAIT
Parlemen Uni Eropa cecar Mark Zuckerberg soal Cambridge Analytica & hoaks
Polri pertimbangkan periksa pihak Facebook AS terkait kebocoran data
Soal kebocoran data, Polri nilai Facebook belum kooperatif

"Komisi I dapat memanggil perwakilan Facebook dalam Indonesia. Dan nir tertutup kemungkinan memanggil jua perwakilan perusahaan over the top (OTT) yg lain misalnya Google serta Twitter," jelasnya kepada Merdeka.com melalui pesan singkat, Kamis (4/4).

"Sesegera mungkin kami panggil," tambahnya.

Lebih lanjut dikatakan politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini, jikalau terbukti betul Facebook bersalah, maka mereka telah melanggar terms of services-nya sendiri, khususnya terkait bersama privasi, distribusi serta keamanan data para pengguna layanan media umum ini.

"Belum lagi kepatuhannya menaati aturan UU maupun peraturan Menteri Kominfo terkait penyelenggaraan layanan sistem elektronik," katanya.

Menteri Komunikasi serta Informatika (Menkominfo) Rudiantara sendiri, sekarang tengah menunggu konfirmasi dari pihak Facebook Indonesia terkait mutlak jumlah data pengguna Indonesia yg bocor. Selain itu, dia juga berkata telah berkoordinasi bersama pihak kepolisian mengantisipasi diperlukannya penegakan aturan secepatnya.

"Kami sedang meminta angka pastinya," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, didasarkan  siaran pers Facebook, Rabu (4/4), mereka mengakui bahwa masih muncul 87 juta data yg dimungkinkan disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.

Dari 87 juta data yg kebobolan, sebagian akbar merupakan pengguna Facebook dari Amerika Serikat atau kurang lebih 81,6 persen data disalahgunakan. Selain Amerika Serikat, muncul beberapa negara termasuk Indonesia.

Indonesia masuk urutan ketiga data yg disalahgunakan. Sekitar 1,3 persen dari 87 juta. Di atas Indonesia, muncul Filipina yg kemungkinan akbar penyalahgunaan data pengguna dari negeri itu kurang lebih 1,4 persen. Selain ketiga negara itu dalam antaranya Inggris, Mexico, Kanada, India, Brazil, Vietnam, serta Australia. [idc]

No comments:

Post a Comment